MCF Jadi Kasus Terbanyak Klaim Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K)

  • Kamis, 17 Oktober 2019 - 07:56:46 WIB
  • Administrator
MCF Jadi Kasus Terbanyak Klaim Asuransi Usaha Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K)

Sampai saat ini, berdasarkan data tanggal 7 Oktober 2019 klaim asuransi usaha ternak sapi/kerbau di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 25 ekor dengan berbagai macam penyebab. Dari 25 kasus itu sebagian besar disebabkan oleh penyakit MCF (Malignant Cattharal Fever)  sebanyak 11 ekor atau 44 % dari kejadian kasus, selanjutnya kasus Distokia (kesulitan beranak) sebanyak 5 ekor atau 20 %. Sementara kasus Hypocalsemia sebanyak 3 ekor atau 12 % dan Bloat (tympani) sebanyak 3 ekor atau 12 % dari keseluruhan penyebab.  Selain itu kasus lainnya adalah Toksemia 1 ekor (4 %), intoksikasi 1 ekor (4%) dan arthritis et sinositis 1 ekor (4%).

MCF (Malignant Catarrhal Fever)

Penyakit Ingusan atau MCF adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi dan bisa fatal pada sapi dan kerbau. Gejala yang mencolok adalah keluarnya ingus yang hebat dari hidung. Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara di dunia.

Penyakit MCF yang digolongkan ke dalam Wildebeest associated agent (ACV-1) B ditemukan di Afrika. Sedangkan untuk tipe Sheep Associated Agent (SAA) dilaporkan telah menyebar di daerah domba dan sapi yang diternakkan secara bersama.

Penyebab

Agen penyebab penyakit ini digolongkan menjadi dua macam yaitu ACV-1 adalah herpes virus dari wildebeest yang merupakan anggota dari sub-famili Gamma herpesvirinae, family herpesviridae. Jenis kedua yaitu SAA yang merupakan agen yang belum diketahui secara jelas klasifikasinya dan diperkirakan ditularkan oelh domba.

Penularan

Domba, kambing dan berbagai jenis ruminansia liar tidak memperlihatkan gejala klinis tetapi diperkirakan menyebarkan bibit penyakit terutama pada saat melahirkan.

Pada wildebeest dan alcephaline virus ACV-1 mampu menerobos plasenta menuju janin. Virus yang terbebas dari sel bergerak menuju sekresi hidung dan mata dari wildebeest muda atau anak yang kemudian menderita infeksi segera setelah lahir. Induk semang akhir menghirup percikan udara yang dihasilkan oleh anak tersebut atau melalui pakan yang tercemar.

Cara penularan pada SAA masih belum diketahui dengan jelas, walaupun sudah diketahui adanya hubungan dengan peristiwa kelahiran pada domba. Beberapa kejadian menunjukkan bahwa letusan kasus penyakit ini tanpa adanya indikasi dari keberadaan domba di sekitarnya. Pada sapi telah telah direkam beberapa kasus infeksi transplasental.

Gejala

Masa tunas penyakit ini berlangsung kurang lebih 3 minggu. Kejadian wabah biasanya musiman, terutama dikaitkan dengan saat kelahiran domab atau wildebeest.

Gejala penyakit bervariasi termasuk keluarnya cairan dari hidung dan mata yang skhirnya menjadi kental dan mukopurulen. Selaput lendir hidung dan mulut awalnya sangat bendung, kemudian diikuti dengan peradangan mulut dan erosi permukaan lidah.

Suhu tubuh hewan yang terserang menjadi tinggi, kondisi badan menurun dan kurus dan kesulitan bernafas. Korne mata keruh keputihan dan apabila parah bisa menyebabkan kebutaan.

Infeksi SAA sering mengakibatkan sembelit yang diikuti dengan diare berdarah. Gejala kelainan syaraf timbul akibat adanya peradangan otak. Otot-otot hewan yang terserang menjadi gemetar, berjalan sempoyongan, tortikolis, dan bersikap agresif. Biasanya terjadi pula kelumpuhan sebelum mati.

Kematian sapi biasanya terjadi antara 4 sampai 13 hari setelah timbul gejala. Bentuk penyakit yang sifatnya menahun sangat jarang terjadi.

Pengendalian

Pengobatan yang efektif tidak ada. Umumnya hewan yang sakit sudah tidak bisa lagi diobati. Usaha maksimal adalah pemberian antibiotik berspektrum luas untuk menghalangi terjadinya infeksi sekunder. Untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi, sapi dan kerbau harus dipelihara terpisah dari ruminansia liar, domba dan kambing.

Kejadian di Indonesia

Penyakit MCF di Indonesia dilaporkan untuk pertamakalinya di Kediri oleh Paszotta tahun 1894. Sejak saat itu penyakit ini selalu terjadi secara sporadis di beberapa tempat seperti Sulawesi, Jawa, Sumetera, NTT, NTB, Papua dan Bali.

Di Jawa ditemukan di berbagai tempat seperti Boyolali, Salatiga, Banyumas, Blora, Madiun, Ngawi, Magetan, Jombang, Nganjuk, Kediri, Bondowoso, dan terutama yang paling sering adalah di Banyuwangi. Jenis hewan yang paling sering diserang adalah sapi Bali, sapi Rambon, dan Kerbau. Selama tahun 1994, penyakit MCF dilaporkan di Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Penulis: Drh.S.Wahyudi

  • Kamis, 17 Oktober 2019 - 07:56:46 WIB
  • Administrator

Berita Terkait Lainnya