World Rabies Day, Pengingat Bahaya Zoonosis

  • Senin, 28 September 2020 - 20:12:20 WIB
  • drh. S. Wahyudi, M.Si
World Rabies Day, Pengingat Bahaya Zoonosis

Hari Rabies Sedunia atau dikenal sebagai World Rabies Day (WRD) yang dilaksanakan tanggal 28 September setiap tahun, sejak dicetuskan oleh sebuah organisasi nirlaba Global Alliance for Rabies Control sejak tahun 2007 lalu. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesadaran dunia terhadap dampak penyakit Rabies bagi manusia dan hewan, menyediakan informasi dan cara mencegah rabies serta bagaimana masyarakat berpartisipasi mencegah dan memberantas rabies.

Penyakit rabies adalah salah satu zoonosis yaitu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah peningkatan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan kesehatan lingkungan dan kesejahteraan hewan agar penyakit ini tidak menular kepada manusia.Rabies ini merupakan salah satu zoonosis yang mematikan di dunia. Setiap sembilan menit satu orang meninggal.

Bedasarkan informasi dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE), setiap sembilan menit satu orang meninggal dunia karena rabies. Sementara setiap tahun, rabies membunuh hampir 59.000 orang di seluruh dunia. Dan lebih dari 95% kasus rabies pada manusia akibat gigitan anjing yang terinfeksi rabies.

Walaupun mematikan, rabies pada manusia 100% dapat dicegah. Vaksinasi anjing terhadap rabies merupakan cara yang terbaik dalam mencegah penularan rabies dari hewan ke manusia, yaitu dengan melakukan vaksinasi setidaknya 70% dari populasi anjing.

Rabies dan kesehatan masyarakat

 Rabies atau juga  dikenal sebagai Lyssa, Tollwut, Hydrophobia dan di Indonesia dikenal dengan Anjing Gila adalah infeksi viral dan akut pada susunan saraf ditandai dengan kelumpuhan yang progresif dan berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) tertua yang pertama kali dikenal di Mesir dan Yunani Kuno sejak tahun 2300 sebelum Masehi. Rabies ditemukan di sebagian besar dunia, sedangkan negara-negara yang hingga kini bebas dari rabies adalah Australia, Selandia Baru, Inggris, Belanda, Hawaii (Amerika Serikat) dan sejumlah pulau-pulau terpencil di Pasifik.

 Kejadian rabies di Indonesia sudah lama ditemukan dan hampir semua daerah tertular virus. Rabies pertama kali ditemukan pada kerbau oleh Esser (1884), anjing oleh Penning (1889), dan pada manusia oleh E.V.de Haan (1894) yang ketiganya ditemukan di Jawa Barat. Selanjutnya beberapa tahun kemudian kasus rabies ditemukan di Sumatera Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (1953),  Sumatera Utara (1956), Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara (1958), Sumatera Selatan (1959), Aceh (1970), Jambi dan Yogyakarta (1971), Kalimantan Timur (1974), Riau (1975),  Kalimantan Tengah (1978), Kalimantan Selatan (1983), Pulau Flores NTT (1997), Pulau Ambon dan Pulau seram  (2003).

Rabies di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan kematian (always almost fatal) setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100%.

Peningkatan kewaspadaan   

            Dengan dinyatakannya Bali sebagai daerah wabah baru maka daerah yang masih bebas rabies berdasar SK Menteri Pertanian tahun 1999 saat ini adalah NTB, NTT kecuali Pulau Flores, Maluku, Irian Jaya (sekarang Papua), Pulau Madura dan sekitarnya, Pulau-pulau di sekitar Pulau Sumetera, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah.

Dari kenyataan-kenyataan tentang rabies tersebut, hal yang penting dilakukan adalah peningkatan kewaspadaan dini terhadap rabies. Kewaspadaan yang tinggi terutama bagi daerah-daerah bebas ditujukan untuk mengantisipasi masuknya wabah melalui perpindahan hewan penular seperti anjing liar yang berpindah tempat, atau dibawa warga ke daerah lain yang belum tertular. Bagi daerah bebas supaya tetap bebas harus menyiagakan diri dengan melaksanakan karantina ketat untuk menghindari perpindahan hewan penular.

Penyadaran kepada masyarakat (public awareness) melalui penyuluhan atau sosialisasi rabies, sehingga masyarakat memiliki kesadaran akan bahaya penyakit ini harus terus dilakukan terutama bagi masyarakat  atau karena profesinya seringkali bepergian seperti nelayan dan awak kapal, yang menurut laporan bahwa terjadinya wabah rabies di Flores  ditularkan melalui anjing yang dibawa nelayan setempat dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

 

 

 

  • Senin, 28 September 2020 - 20:12:20 WIB
  • drh. S. Wahyudi, M.Si

Berita Terkait Lainnya